haruskah marah ? (bag 2)


ini lanjutannya ya..tentang manajemen marah..

saya ingat betul yang berikut ini karena sedang saya alami juga :

kenapa anak jadi leleeet banget? menunda segala kegiatan?
kata bu Ira..ada yang salah dengan cara, bentuk komunikasi kita. ada yang salah.
coba kita lihat dan sesekali merekam diri sendiri, dalam bentuk video, foto, atau suara..

apakah kita tipe penasehat? yang segala sesuatunya harus sesuai aturan tak boleh salah?
dari pagi bangun ampe tidur ceramah? *hahaha tertawa kecut..astaghfirulloh.

tiap kebaikan memang membutuhkan kesabaran dan pengulangan..namun ada tahapnya, sebaiknya tiap kebaikan diapresiasi, dan dipupuk satu demi satu. maksudnya: ketika ingin membentuk anak kita lakukan satu demi satu target, misalnya anak keluar masuk mengucap assalamu'alaikum..atau sholat tepat waktu di masjid..ya sudah lakukan satu demi satu ..sampai terbiasa dahulu, baru menambah target kebaikan lain.

kenali juga apa pemicu marah kita sebagai ibu:
apakah kelelahan? apakah tanggal tua?  apakah ada kekecewaan terpendam?
kita tak akan bisa menyelesaikan masalah marah ini bila belum selesai dengan diri sendiri.

apakah  kita merasa ini sudah tak bisa diubah lagi? sebenarnya bisa, amat bisa. benarkah kita hanya akan merasa puas dengan marah? bukankah yang akan hadir setelah marah itu hanya satu: penyesalan?

*sambil mondar mandir sana sini ngurusin sertifikat, dan ganti popok Tuhfa, dan nemenin anak anak ikut lomba mewarnai, dan makan rujak cingurnya RM. Glenmore-Ubin tempat acara berlangsung..-enak lho- saya menyimak sambil sesekali kedip kedipin si ayah yang juga mendengarkan..hehehe..sambil juga pegangan takut pengsan karena rasanya kaya dipukuli ko ama paparan bu Ira

ketika ada satu hal yang sudah amat memancing marah kita misalnya anak yang nangis dan marah tak mau berhenti karena tertahan keinginannya, kita sudah mencoba bersabar namun anak seperti mencari-cari masalah lain lalu anak sampai berteriak: "denger gak sih bunda tuli! bego! *ini contoh kasus ya bun..yang udah dipol-polin yang bener bener kita jadi marah ya ..apa yang kita lakukan? memukul? mendorongnya ke kursi? namun semua yang dilakukan secaar emosional tak akan ada hasilnya..anak bisa jadi makin tak terkendali.meskipun bisa juga diam dengan dendam membara di hati.dia juga menilai kita, kita marah atau tidak? jika marah juga ini berarti pembenaran bagi perilaku marahnya, anak tak akan merasa bersalah jika dilain waktu menjadi mudah marah pada orang lain..nha wong bundanya juga mudah tersulut emosi.

senantiasa ada pilihan, mengapa tak dimulai dengan tanpa emosi?
bukan berarti tak boleh marah. kita masih boleh marah, namun tetap terkendali. memang perlu usaha ekstra untuk menahan emosi, namun bisa dilakukan siapa saja yang mau berusaha.

tentukan dulu target marah yang tepat:
pertama, timbul perasaan tak nyaman dalam hati anak sebagai akibat dari perilakunya, hingga ia mengerti itu salah.
kedua, anak paham bahwa tindakan salahnya membawa akibat negatif baik untuk dirinya maupun orang lain, itu sebabnya ia tak akan mengulanginya lagi.

jangan pasang target terlalu rendah, hingga anak tetap santai dengan sikapnya yang cuek dan ketus, atau bahkan pergi meninggalkan kita tanpa terpengaruh sedikitpun?
dan berhentilah marah jika target telah tercapai. jangan berlebihan menyemprot dengan kata kasar padahal anak sudah lama diam dari kemarahannya, bahkan sampai menunduk ketakutan karena kemarahan yang tak kunjung usai.

oke, setelah setuju tak akan marah dengan emosi dan target jelas sudah dipasang, berikut pilihannya untuk menghadapi kata :"denger gak sih bunda tuli! bego!"
  1. marah dengan SABAR:" bunda tak suka dengan kata katamu yang kasar. itu sebabnya bunda tak mau mendengarkan." konsep marah dengan sabar adalah mengabaikan permintaan anak yang berlebihan. dibalik kesabaran ini, orangtua harus menunjukkan ketegasan untuk bertahan tidak berubah pendirian. tunjukkan pada anak bahwa mereka tak bisa menggunakan tangis dan kemarahan untuk menyetir orangtua. bertahanlah..hingga kemarahan itu reda karena mungkin kelelahan
  2. marah secara ISLAMI:" astaghfirullah..." membalikkan badan menghadap ke anak, menghampirinya, namun sebelum marah duduk disamping anak.
  3. marah dengan DIAM: menjawab dengan santai " bunda dengar, tapi tak suka dengan caramu marah, jadi bunda diam saja"
  4. marah TANPA MENYNGGUNG HARGA DIRI
  5. marah dengan SEIMBANG: marah ini akan cukup membuat kemarahan menjadi efektif dengan membagi marah menjadi 2 tahapan: setengah menit pertama adalah marah apa adanya tana menyalahkan citra diri anak. setelah tahap ini ambil waktu JEDA tenangkan hati dengan melakukan nafas panjang-istighfar-berdzikir.tahap kedua angkat kelebihannya:"nak, coba konsentrasi dulu dengar kata kata bunda"-JEDA- "kamu memang kakak yang dibanggakan adik adik kata katamu selalu dituruti jadi beri contoh yang baik untuk mereka ya"
yuuuuk berlatih marah yang benar ama saya ya emak bunda ibu mama ayah bapak papa
<photo id="1" />

Komentar